ahlan wasahlan

ahlan wa sahlan

Senin, 24 Januari 2011

Tanggapan Terhadap SMS: “Ternyata Kita Dengan Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- Hanya Beda Sedikit? – Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat”

Beberapa waktu yang lalu, sempat beredar bait-bait kalimat yang kira-kira berbunyi seperti ini:

Ternyata, kita dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam hanya beda sedikit.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam sedikit tidur, kita sedikit-sedikit tidur.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam sedikit tertawa, kita sedikit-sedikit tertawa.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam sedikit bercanda, kita sedikit-sedikit bercanda.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam sedikit makan, kita sedikit-sedikit makan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam sedikit-sedikit menangis, kita sedikit menangis.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam sedikit-sedikit beramal, kita sedikit beramal.

Semoga kita bisa mengejar perbedaan yang sedikit itu. Amin.

Beberapa bait kalimat ini pernah saya jumpai beberapa kali dalam beberapa media. Diantaranya di facebook. Dan mungkin juga beredar di sms-sms kaum muslimin.

Berikut ini saya tulis ulang sebuah tulisan dari Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullah berkenaan tentang bait-bait kalimat di atas. Tulisan beliau ini adalah tanggapan atas termuatnya sebuah sms dalam rubrik Risalatikum majalah As-Sunnah. Tepatnya, tulisan beliau ini dimuat dalam majalah As-Sunnah edisi 06/Thn. XIV/Dzulqa’dah 1431H/Oktober 2010. Dan sms yang dimuat tepatnya ada dalam edisi 02/Thn. XIV.

Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullah menuliskan:

Kaget dan terhentak. Itulah respon fisik yang pertama kali saat membaca untaian kalimat yang berasal dari seseorang yang kemudian dimuat di majalah As-Sunnah. Betapa tidak, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam yang merupakan Rasul dan makhluk termulia dikatakan hanya beda sedikit dengan manusia saat ini. Tanpa disadari, sungguh (untaian kalimat) ini merupakan sebuah penghinaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam. Hendaklah yang menyusun untaian kalimat ini dan yang menyebarkannya bertaubat kepada Allah ta’ala. Mungkin, maksud dan tujuannya baik, yaitu (untuk) memberikan motivasi agar giat beramal. Tapi bukan begitu caranya.

Perbedaan (antara) kita dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bukanlah sedikit. Kalau dirinci, maka kita akan mendapati betapa banyak perbedaan (antara) kita dengan beliau. Perbedaan yang diakui dan tidak dipungkiri oleh semua insan yang beriman, yaitu kedudukan beliau sebagai seorang Rasulullah (Rasul Allah). Ini (merupakan) sebuah kedudukan yang tidak akan bisa diraih dengan usaha manusia. Masihkah kita berani mengatakan bahwa perbedaan (antara) kita (dengan beliau adalah) sedikit?

Perbedaan lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda yang artinya, “Sesungguhnya Allah telah memilih Bani Kinanah dari anak keturunan Nabi Ismail dan memilih suku Quraisy dari Bani Kinanah. Dan Allah memilih Bani Hasyim dari suku Quraisy. Dan Allah memilihku dari Bani Hasyim.” (HR. Muslim)

Poin lain yang membedakan (antara) kita dengan beliau yaitu ucapan-ucapan beliau tidak bersumber dari hawa nafsu beliau. Sementara kita? Simaklah firman Allah ta’ala yang artinya, “Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm (53): 3-4).

Dan masih banyak lagi kelebihan yang tidak mungkin kita gapai. Bagaimana mungkin perbedaan yang sedemikian banyak dan jauh ini dikatakan sedikit? Jangankan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam, dengan para shahabat saja kita tidak bisa menyamai mereka. Simaklah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam berikut ini, dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu yang artinya, “Janganlah kalian mencela para shahabatku. Seandainya salah seorang diantara kalian menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, maka dia tidak akan bisa mencapai satu mud dari salah seorang shahabat atau (sekedar hanya) setengahnya.” (HR. Al-Bukhari).

Al-Baidhawi rahimahullah mengatakan, “Makna hadits ini (adalah), dengan menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, kalian tidak akan bisa meraih seperti pahala yang diraih oleh para shahabat yang menginfakkan satu mud (dua telapak tangan) makanan atau (hanya sebanyak) setengah mud.”

Jadi, dari sisi kehormatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam, janganlah kita sekali-kali mengatakan, apalagi meyakini bahwa perbedaan kita dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam sedikit. Sedangkan dari sisi kehormatan kaum muslimin, untaian kalimat di atas juga kurang pas. Siapakah yang dimaksudkan oleh penulis (untaian kalimat tersebut)? Diri penuliskah atau siapa? Karena tidak semua kaum muslimin yang hidup di zaman ini seperti itu.

Inilah sebagian kecil dari berbagai permasalahan yang berkaitan dengan SMS di atas. Kiranya ini sudah cukup sebagai peringatan bagi yang merangkai kalimat tersebut, juga bagi yang terkadang menjadikannya sebagai pesan berantai. Terkhusus kepada tim majalah As-Sunnah supaya lebih selektif dan lebih hati-hati dalam memuat SMS yang masuk. Tidak semua SMS yang masuk lalu (bisa) dimuat dalam majalah ilmiyah yang kita cintai ini.

Terakhir, kepada Allah ta’ala kita memohon agar senantiasa kita diberikan rahmat dan senantiasa diberi taufiq untuk melakukan amalan-amalan yang disukai dan dicintai oleh Allah ta’ala.

Oleh USTADZ ABDUL HAKIM BIN AMIR ABDAT hafizhahullah.

Kamis, 20 Januari 2011

kisah palestina

“Mati Seribu Tumbuh Tiga Ribu”

4 Februari 2009

anak-tertembakanda-tanda kebesaran Allah terus terkuak. Selama serangan Israel yang menelan 1500 nyawa, Allah memunculkan 3700 bayi. “Kalau mereka membunuh seribu dari kami, maka kami akan mendatangkan beribu-ribu penggantinya,” demikian ujar seorang ibu di Gaza

Berbeda dengan mental tentara Zionis-Yahudi yang dikenal takut mati, Melahirkan adalah bagian dari pada jihad bagi warga Gaza. Karenanya, kematian bukan sesuatu yang ditangisi. “Kalau mereka membunuh seribu dari kami, maka kami akan mendatangkan beribu-ribu penggantinya,” demikian ujar seorang ibu di Gaza

Jika ada pepatah mengatakan, “hilang satu, tumbuh seribu”. Di Gaza yang terjadi “HilangBayi Gaza seribu, tumbuh tiga ribu”. Kesedihan rakyat Gaza atas hilangnya nyawa 1412 putra- putrid Gaza, justru diobati Allah dengan lahirnya 3700 bayi. Menariknya, mereka lahir selama 22 hari gempuran Israel terhadap kota kecil ini.

Hamam Nisman, Direktur Dinas Hubungan Sosial dalam Kementerian Kesehatan pemerintahan Gaza menyatakan, dalam 22 hari serangan Israe, sebanyak 3700 bayi lahir di Gaza.

“3700 bayi telah terlahir antara 27 Desember 2008 hingga 17 Januari 2009. ketika Israel melakukan serangan yang menyebabkan meninggalnya 1412 rakyat Gaza, yang mayoritas wanita dan anak-anak,” ujarnya.

Bulan Januari ini saja, terdaftar angka kelahiran tertinggi, dibanding bulan-bulan sebelumnya. “Setiap tahun 50 ribu kasus kelahiran tercatat di Gaza, dan dalam satu bulan tercatat 3000 hingga 4000 kelahiran. Akan tetapi di masa serangan Israel 22 hari, kami mencatat 3700 kelahiran dan pada sisa bulan Januari tercatat 1300 kelahiran. Yakni dalam bulan Januari, terjadi peningkatan kelahiran hingga mencapai1000 kasus,” ucapnya dikutip islamonline.net.

“Ini adalah karamah untuk penduduk Gaza, yang telah kehilangan banyak nyawa,” ungkapnya dengan penuh kegembiraan.

Menurutnya, jika dibandingkan antara angka kematian dan kelahiran di Gaza, maka angka kalahiran mencapai 50 ribu sedangkan kematian mencapai 5 ribu tiap tahunnya.

“Israel sengaja membunuh para wanita dan anak-anak untuk menghapus mesa depan Gaza, 440 anak-anak dan 110 wanita telah dibunuh dan 2000 anak serta 1000 wanita mengalami luka-luka,” unggapnya.

Langit Turunkan “Anwar Baru”

Anwar, adalah nama anak Gaza yang baru lahir dari keluarga Mahmud Ulyan. Nama itu juga nama saudara kandungnya yang telah syahid.

“Mereka membunuh Anwar, dan langit telah menurunkan Anwar yang baru.”

Jalan Al Yarmuk, barat kota Gaza telah kehilangan 15 penduduknya selama serangan Israel berlangsung. Akan tetapi mereka mendapatkan 30 bayi, yang lahir di masa itu.

Tampaknya Israel akan terus berhadapan dengan masalah demografi Palestina, dimana angka kelahiran di negeri itu semakin bertambah setelah terjadi peperangan. Ummu Ahmad, ibu 4 anak menegaskan hal itu.

“Dengan izin Allah, saya akan melahirkan setiap tahun satu anak, kami akan terus memerangi mereka, kalau mereka membunuh seribu dari kami, maka kami akan mendatangkan beribu-ribu penggantinya.”

Statistik menunjukkan bahwa dalam sepuluh tahun, terjadi peningkatan jumlah penduduk di Gaza, dari 1 juta menjadi 1,5 juta jiwa. Yakni bahwa peningkatan mencapai hingga 50%. Kalau tahun 1997 Gaza meyumbang 36% jumlah penduduk Palestina, kini penduduk Gaza menyumbang 40 % kepada penduduk Palestina secara keseluruhan.

Perkiraan tahun 2025 rakyat Palestina mencapai 6 juta jiwa. Peningkatan inilah yang dikhawatirkan Israel. Urnun Suvir, dosen Universitas Haifa menulis dalam buku terbarunya, bahwa meningkatnya jumlah penduduk Palestina, akan mengancam strategi Israel dan mengancam keberadaan ”negara Israel”.

Israel boleh saja berencana melakukan makar. Namun faktanya, makar oleh jauh lebih hebat dan lebih dasyat.

Entry filed under: Dunia. Tags: .

Rabu, 19 Januari 2011

Tentang salafus shaleh

Mungkin banyak teman-teman yang masih belum mengerti tentang apa itu salafy mungkin juga banyak yang sudah tahu tapi belum terlalu paham mengenai salafus shaleh/salafy,teman-teman bisa meihatnya di:
1.http://www.salafy.or.id/modules/konten/?id=2
2.http://www.youtube.com/watch?v=6L_yax_9-v4&feature=related (part 1)
3.http://www.youtube.com/watch?v=6u1SBQw4JsU&feature=related (part 2)
4.http://www.youtube.com/watch?v=ccDdZj2Q-Kk&feature=related (part 3)
5.http://www.youtube.com/watch?v=C6XWYwn9SpA&feature=related (part 4)
dan maih banyak lagi,maka dari itu dari pada kita penasaran dan salah menduga maka ada baiknya kita melihat dan memahaminya....

Jagalah Lisan

Kata laknat yang sudah menjadi bagian dari bahasa Indonesia memiliki dua makna dalam bahasa Arab :

Pertama : Bermakna mencerca.

Kedua : Bermakna pengusiran dan penjauhan dari rahmat Allah.

Ucapan laknat ini mungkin terlalu sering kita dengar dari orang-orang di lingkungan kita dan sepertinya saling melaknat merupakan perkara yang biasa bagi sementara orang, padahal melaknat seorang Mukmin termasuk dosa besar. Tsabit bin Adl Dlahhak radhiallahu 'anhu berkata :

“Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : ‘Siapa yang melaknat seorang Mukmin maka ia seperti membunuhnya.’ ” (HR. Bukhari dalam Shahihnya 10/464)

Ucapan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : ((“Fahuwa Kaqatlihi”/Maka ia seperti membunuhnya)) dijelaskan oleh Al Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah dalam kitabnya Fathul Bari : “Karena jika ia melaknat seseorang maka seakan-akan ia mendoakan kejelekan bagi orang tersebut dengan kebinasaan.”

Sebagian wanita begitu mudah melaknat orang yang ia benci bahkan orang yang sedang berpekara dengannya, sama saja apakah itu anaknya, suaminya, hewan atau selainnya.

Sangat tidak pantas bila ada seseorang yang mengaku dirinya Mukmin namun lisannya terlalu mudah untuk melaknat. Sebenarnya perangai jelek ini bukanlah milik seorang Mukmin, sebagaimana Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :

“Bukanlah seorang Mukmin itu seorang yang suka mencela, tidak pula seorang yang suka melaknat, bukan seorang yang keji dan kotor ucapannya.” (HR. Bukhari dalam Kitabnya Al Adabul Mufrad halaman 116 dari hadits Abdullah bin Mas’ud radhiallahu 'anhu. Hadits ini disebutkan oleh Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i hafidhahullah dalam Kitabnya Ash Shahih Al Musnad 2/24)

Dan melaknat itu bukan pula sifatnya orang-orang yang jujur dalam keimanannya (shiddiq), karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : “Tidak pantas bagi seorang shiddiq untuk menjadi seorang yang suka melaknat.” (HR. Muslim no. 2597)

Pada hari kiamat nanti, orang yang suka melaknat tidak akan dimasukkan dalam barisan para saksi yang mempersaksikan bahwa Rasul mereka telah menyampaikan risalah dan juga ia tidak dapat memberi syafaat di sisi Allah guna memintakan ampunan bagi seorang hamba. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : “Orang yang suka melaknat itu bukanlah orang yang dapat memberi syafaat dan tidak pula menjadi saksi pada hari kiamat.” (HR. Muslim dalam Shahihnya no. 2598 dari Abi Darda radhiallahu 'anhu)

Perangai yang buruk ini sangat besar bahayanya bagi pelakunya sendiri. Bila ia melaknat seseorang, sementara orang yang dilaknat itu tidak pantas untuk dilaknat maka laknat itu kembali kepadanya sebagai orang yang mengucapkan.

Imam Abu Daud rahimahullah meriwayatkan dari hadits Abu Darda radhiallahu 'anhu bahwasannya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : “Apabila seorang hamba melaknat sesuatu maka laknat tersebut naik ke langit, lalu tertutuplah pintu-pintu langit. Kemudian laknat itu turun ke bumi lalu ia mengambil ke kanan dan ke kiri. Apabila ia tidak mendapatkan kelapangan, maka ia kembali kepada orang yang dilaknat jika memang berhak mendapatkan laknat dan jika tidak ia kembali kepada orang yang mengucapkannya.”

Kata Al Hafidh Ibnu Hajar hafidhahullah tentang hadits ini : “Sanadnya jayyid (bagus). Hadits ini memiliki syahid dari hadits Ibnu Mas’ud radhiallahu 'anhu dengan sanad yang hasan. Juga memiliki syahid lain yang dikeluarkan oleh Abu Daud dan Tirmidzi dari hadits Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma. Para perawinya adalah orang-orang kepercayaan (tsiqah), akan tetapi haditsnya mursal.”

Ada beberapa hal yang dikecualikan dalam larangan melaknat ini yakni kita boleh melaknat para pelaku maksiat dari kalangan Muslimin namun tidak secara ta’yin (menunjuk langsung dengan menyebut nama atau pelakunya). Tetapi laknat itu ditujukan secara umum, misal kita katakan : “Semoga Allah melaknat para pembegal jalanan itu… .”

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam sendiri telah melaknat wanita yang menyambung rambut dan wanita yang minta disambungkan rambutnya.

Beliau juga melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki dan masih banyak lagi. Berikut ini kami sebutkan beberapa haditsnya : “Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam melaknat wanita yang menyambung rambutnya (dengan rambut palsu/konde) dan wanita yang minta disambungkan rambutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya)

Beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam mengabarkan :

“Allah melaknat wanita yang membuat tato, wanita yang minta dibuatkan tato, wanita yang mencabut alisnya, wanita yang minta dicabutkan alisnya, dan melaknat wanita yang mengikir giginya untuk tujuan memperindahnya, wanita yang merubah ciptaan Allah Azza wa Jalla.” (HR. Bukhari dan Muslim dari shahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu 'anhu)

“Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Bukhari dalam Shahihnya)

Dibolehkan juga melaknat orang kafir yang sudah meninggal dengan menyebut namanya untuk menerangkan keadaannya kepada manusia dan untuk maslahat syar’iyah. Adapun jika tidak ada maslahat syar’iyah maka tidak boleh karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : “Janganlah kalian mencaci orang-orang yang telah meninggal karena mereka telah sampai/menemui (balasan dari) apa yang dulunya mereka perbuat.” (HR. Bukhari dalam Shahihnya dari hadits ‘Aisyah radhiallahu 'anha)

Setelah kita mengetahui buruknya perangai ini dan ancaman serta bahayanya yang bakal diterima oleh pengucapnya, maka hendaklah kita bertakwa kepada Allah Ta’ala. Janganlah kita membiasakan lisan kita untuk melaknat karena kebencian dan ketidaksenangan pada seseorang. Kita bertakwa kepada Allah Ta’ala dengan menjaga dan membersihkan lisan kita dari ucapan yang tidak pantas dan kita basahi selalu dengan kalimat thayyibah. Wallahu a’lam bis shawwab.